Selasa, 29 Maret 2011

TBC MASALAH DUNIA


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun).
Demikian penjelasan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama pada acara temu media di kantor Kemkes, 18 Februari. Acara ini dilakukan sebagai rangkaian Hari TB Sedunia (HTBS) yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Tema Global HTBS adalah On the Move Against Tuberculosis, Transforming the Fight Towards Elimination. Sementara tema Nasional HTBS adalah Terobosan Melawan Tuberkulosis menuju Indonesia Bebas TB.

Menurut Prof. Tjandra Yoga, sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant=kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul. 

Penyakit TB juga berkaitan dengan economic lost yaitu kehilangan pendapatan rumah tangga
Menurut WHO, seseorang yang menderita TB diperkirakan akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 – 4 bulan. Bila meninggal akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 15 tahun. 

“Dari sini dapat dihitung kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh TB. TB sangat erat dengan program pengentasan kemiskinan. Orang yang miskin akan menyebabkan kekurangan gizi dan penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan tertular dan sakit TB, begitu sebaliknya orang terkena TB akan mengurangi pendapatannya,” ujar Prof. Tjandra.   

Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan kasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun 2009. 

Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China.  

Menurut Prof. Tjandra Yoga, Program TB Nasional telah mencapai target dunia sejak tahun 2005 dengan penemuan kasus TB BTA (Basil Tahan Asam) positif sekitar 70% dan mencapai keberhasilan pengobatan lebih dari 85% bahkan sejak tahun 2000. Penemuan dengan lebih dari 70% dan keberhasilan pengobatan >85% secara berurut lebih dari 5 tahun akan menurunkan prevalensi dan penurunan insidens. 

Strategi nasional pengendalian TB telah sejalan dengan petunjuk internasional (WHO DOTS dan strategi baru Stop TB), serta konsisten dengan Rencana Global Penanggulangan TB yang diarahkan untuk mencapai Target Global TB 2005 dan Tujuan Pembangunan Milenium 2015. 

Strategi yang direkomendasikan untuk mengendalikan TB (DOTS = Directly Observed Treatment Shortcourse) terdiri dari 5 komponen yaitu komitmen pemerintah untuk mempertahankan control terhadap TB; deteksi kasus TB di antara orang-orang yang memiliki gejala-gejala melalui pemeriksaan dahak; pengobatan teratur selama 6-8 bulan yang diawasi; persediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus; dan sistem laporan untuk monitoring dan evaluasi perkembangan pengobatan dan program.

Selain itu, rencana global penanggulangan TB didukung oleh 6 komponen dari Strategi Penanggulangan TB baru yang dikembangkan WHO, yaitu mengejar peningkatan dan perluasan DOTS yang berkualitas tinggi, menangani kasus ko-infeksi TB-HIV, kekebalan ganda terhadap obat anti TB dan tantangan lainnya, berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, menyamakan persepsi semua penyedia pelayanan, memberdayakan pasien TB dan masyarakat serta mewujudkan. (Sumber. Depkes.go.id)

Minggu, 23 Januari 2011

PRESTASI SEBUAH HARAPAN

Prestasi yang tinggi adalah dambaan setiap individu baik pimpinn maupun staf atau institusi / lembaga tertentu. Prestasi baik menggambarkan adanya suatu hal yang baik dari si empunya prestasi. Prestasi baik identik dengan sebuah kemampuan yang baik, manajemen yang baik, proses yang baik, sehingga menghasilkan output serta outcome yang baik pula. Prestasi yang tinggi diraih dengan suatu perjuangan yang sungguh-sungguh, pengorbanan yang tiada terbilang baik waktu, biaya, tenaga dan sebagainya.
Dalam perjuangan mencapai prestasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Tanamkan dalam hati sebuah niat dan cita-cita untuk meraih prestasi yang sebaik-baiknya. Niat dan cita-cita adalah suatu hal yang akan menjadi energi pendorong dan motivasi dalam kehidupan, yang akan tercermin dan teraplikasikan dalam langkah-langkah dan kerja (amal) yang positif menuju tercapainya niat dan cita-cita tadi. Walaupun prestasi juga bisa diraih oleh seseorang atau lembaga/institusi yang sejak awal tidak bercita-cita untuk meraihnya tetapi terbentuk secara alamiah dalam kerja di kesehariannya.
  2. Tingkatkan kapasitas diri dengan belajar terus-menerus baik secara formal di bangku sekolah untuk meraih jenjang akademis tertentu ataupun secara nonformal dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan (skill) dan ilmu pengetahuan (knowledge).
  3. Biasakan perilaku (attitude) yang baik, baik sebagai individu maupun sebagai pegawai dalam kehidupan sehari-hari ,disiplin terhadap aturan, semangat kerja yang tinggi dan sebagainya.
  4. Sangat baik ketika kita aktif di organisasi sosial kemasyarakatan baik di lingkungan kita maupun lingkungan lainnya. Hal ini menunjukkan upaya kontribusi positif kita sebagai anggota masyarakat, sehingga dengan sendirinya akan berdampak baik pada kehidupan kita sendiri.
  5. Berusaha mengasah dan meningkatkan IQ, EQ, dan SQ sebagai hal penting dalam upaya meraih prestasi.

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh manajerial puskesmas dalam upaya mencapai prestasi, yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
  1. Aspek fisik. Maksudnya terkait dengan performen Puskesmas. Fisik bangunan puskesmas disiapkan sedemikian rupa, tata letak ruang diatur sedemikian rupa sesuai dengan efektifitas pelayanan. Faktor keindahan dan ketertiban juga hal yang sangat penting dari fisik bangunan Puskesmas.
  2. Aspek SDM Puskesmas. semua personil puskesmas mulai dari pimpinan sampai pegawai paling bawah harus terbangun suatu kebersamaan, kesamaan visi dan misi untuk mencapai tujuan sehingga apapun yang harus disiapkan dilakukan secara bekerjasama sesuai dengan pembagian tugas masing-masing.
  3. Aspek manajemen. Yang terkait dengan aspek ini adalah bagaimana pengelolaan semua program Puskesmas mulai dari input, proses dan output. Input, adanya data-data dan visualisasinya, protap atau SOP suatu tindakan, SK programer dan uraian tugasnya dan sebagainya. Proses, adanya kegiatan-kegiatan program yang dibuktikan dengan rencana kegiatan, daftar hadir, buku visum, dan sebagainya
  4. Kuantitas dan kualitas cakupan program. Kuantitas dan kualitas cakupan program sangat penting dalam kriteria Puskesmas Berprestasi, hal ini menunjukan kinerja program sejauh mana dapat mencapai target atau SPM yang telah ditentukan.
  5. Program upaya inovasi dan unggulan. Selain program upaya wajib (basic six) dan upaya pengembangan, harus ada program upaya inovasi dan unggulan yang ditonjolkan terkait dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Di puskesmas DTP Sukaresmi sendiri ada Rawat Inap dan PONED serta MTBS yang dijadikan program inovasi dan ungggulan.
  6. Pemberdayaan Masyarakat / PSM. Aspek ini menjadi poin penting dalam pembangunan kesehatan. Bagaimana peran serta masyarakat dalam mendukung program Puskesmas / kesehatan. Mulai dari peran lintas sektor ( kecamatan,desa dsb )sampai dengan Forum atau Lembaga Swadaya Masyarakat (FMPK,karang taruna dsb)

Jika Allah SWT memberikan raihan prestasi yang tinggi, maka kita harus mensikapi raihan prestasi tersebut dengan cara :
  • Mensyukuri prestasi yang diraih kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dengan jalan berikhtiar mempertahankan dan meningkatkan prestasi. Prestasi tertentu diberikan melalui suatu proses penilaian tertentu oleh tim penilai. Tanamkan dalam diri bahwa ada Sang Penilai yang sebenarnya, Maha Menilai, sehingga kerja apapun yang dilakukan kalau karena Sang Penilai akan dilakukan secara baik dan profesional.
  • Senantiasa berendah hati,tidak menjadikan berbangga diri.
  • Berusaha menularkan hal-hal yang baik pada yang lain.
  • Memelihara prestasi dengan tetap menjaga dan meningkatkannya.
  • Tidak merasa puas dengan apa yang diraih tapi terus memacu diri untuk berkarya setinggi-tingginya.

Sabtu, 22 Januari 2011

VISI DAN MISI PUSKESMAS DTP SUKARESMI


VISI :
TERWUJUDNYA KECAMATAN SUKARESMI SEHAT 2015 MELALUI PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN YANG OPTIMAL DENGAN KEKHUSUSAN UNGGUL DALAM PUSKESMAS DTP DAN PONED
MISI
  1. MENGGERAKKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KESEHATAN YAITU MENGUPAYAKAN AGAR PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MENGACU, BERORIENTASI DAN MEMPERHATIKAN FAKTOR KESEHATAN SEBAGAI PERTIMBANGAN UTAMA.
  2. MEMBERDAYAKAN SERTA MENDORONG KEMANDIRIAN MASYARAKAT DAN KELUARGA DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DENGAN MENGUPAYAKAN AGAR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENJADI KEBUTUHAN MASYARAKAT.
  3. MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA YANG BERMUTU, MERATA DAN TERJANGKAU. MELIPUTI RAWAT JALAN, RAWAT NGINAP DAN PONED
  4. MENINGKATKAN SDM KESEHATAN YANG BERKUALITAS DAN BERKOMPETEN 
  5. MENINGKATKAN MANAJEMEN PUSKESMAS YANG BERMUTU DAN BERKESINAMBUNGAN